Tulisan ini merupakan sambungan dari : "Kota Kenangan; Berlabuh (1-3)"
Dia :
Km ada dmn skrg?
Saat melintasi lokasi objek wisata macam-macam binatang itu saya sempat melihat para pengunjung tampak berjubel memenuhi loket yang tersedia di depan pintu masuk. Mungkin karena hari ini adalah hari Minggu, sehingga begitu banyak keluarga yang memanfaatkan hari libur ini untuk bercengkrama bersama sanak family sambil menikmati berbagai macam binatang yang ada di areal objek wisata ini.
“Bonbin! Bonbin Pak..! Mas...!“, Dari arah pintu bagian belakang
terdengar suara kondektur meneriakkan halte terdekat yang akan segera dilalui
oleh Bus Kota yang saya tumpangi. Saya pun segera bangkit dari tempat duduk
untuk bersiap turun dan mempersilahkan seorang bapak yang sejak beberapa waktu
lalu berdiri di sampingku untuk menggantikan tempat duduk yang tadinya saya
duduki.
Bus memelan, dan saya pun segera melompat turun tepat ketika bus berhenti
di kawasan Kebun Binatang Surabaya (KBS), di bawah sebuah jembatan layang yang
menghubungkan kedua sisi jalan. Tujuan pertama saya hari ini adalah mengunjungi
toko buku yang berada tidak jauh dari lokasi KBS, Toko Buku Toga Mas (TM). Selepas
turun dari bus kota tadi saya langsung mengecek lagi pesan di inbox FB yang
saya dapatkan ketika saya berada di dalam bus tadi.
Dia : kamu lagi di Togamas ta? Aku titip
buku poóo
Saya : Iya, buku apa?
Dia : the
silences of the lambs, ya
Dia : Punyaknya
Thomas harris
Dia : Harganya 46
ribuan brp gitu
Saya : ok!
Dia : Ntar tak
ganti uangnya pas ketemu. Okeh
Sambil mencerna pesan dari “orang” antah
berantah itu, dengan langkah gontai saya menaiki jembatan layang guna sampai di
sebrang jalan, atau tepatnya di samping lokasi objek wisata kebun binatang yang
belakangan saya ketahui sedang mengalami konflik internal itu. Ruas jalan Diponegoro
yang memanjang ke arah utara tampak terlihat indah dari atas jembatan, berbagai
kendaraan lalu lalang bak air mengalir tanpa henti. Saya pun sempat berhenti sejenak untuk mengamati dan mengabadikan
moment ini.
Saat melintasi lokasi objek wisata macam-macam binatang itu saya sempat melihat para pengunjung tampak berjubel memenuhi loket yang tersedia di depan pintu masuk. Mungkin karena hari ini adalah hari Minggu, sehingga begitu banyak keluarga yang memanfaatkan hari libur ini untuk bercengkrama bersama sanak family sambil menikmati berbagai macam binatang yang ada di areal objek wisata ini.
Saya terus berjalan ke utara menyusuri
trotoar sepanjang jalan Diponegoro. Setelah kira-kira sepuluh sampai lima belas
menit berjalan akhirnya saya sampai juga di depan Toko Buku Toga Mas. Dan
setelah menitipkan Ransel dan Switer di tempat penitipan yang berada di samping
pintu masuk, saya langsung menuju bagian dalam bangunan bergaya minimalis dan
berarsitektur klasik itu.
Tidak banyak berubah, dua tahun lalu di
tempat ini saya pernah singgah. Memilih dan memilah buku-buku yang tertata rapi
di rak-rak yang menempel pada tiap dinding ruangan. Sesampai di bagian dalam
saya langsung menuju komputer yang berfungsi sebagai daftar katalog buku-buku yang
tersedia di Toko Buku ini. “The Silences Of The Lambs”, saya mengetikkan judul
buku pesanan sahabat saya tadi. Komputer menampakkan pesan otomatis yang menyatakan
kalau stok buku tersebut masih tersedia, namun saya tidak tahu berada di rak
yang mana. Mengingat begitu banyaknya judul buku yang tertata rapi di tiap
ruangan ini.
Setelah menunggu sekian detik, seorang
karyawan yang membantu saya menyodorkan satu buah buku yang dikatakannya
merupakan satu-satunya stok yang tersisa dari buku yang saya cari. Tampaknya
buku itu memang benar-benar yang terakhir, hal itu terlihat dari kondisinya
yang terlihat kucel dan sedikit berdebu, bahkan pada salah satu sudut sampulnya
terlihat sebuah lipatan yang membentuk garis miring. Tapi ala kulli hal tampaknya
masih cukup layak untuk dibaca.
Saya pun segera menghubungi teman “antah
berantah” yang beberapa waktu lalu memesan buku itu, untuk menjelaskan kondisi buku
stok terakhir yang baru saya dapatkan. Syukurlah, dia tidak ada masalah
walaupun kondisi buku tersebut kurang baik.
Yup! Akhirnya jadilah buku itu saya booking, sambil lalu saya kembali
mengelilingi ruangan-demi ruangan, mencari buku yang sekiranya menarik
perhatianku.
Setelah capek mengelilingin deretan rak yang
penuh dengan tumpukan buku, akhirnya saya terdampar di salah satu ruang terbuka
yang berada di bagian belakang, di atas sebuah kursi panjang yang memang di
sediakan untuk pengunjung. Saya beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa
pegal di kaki sambil menikmati gemericik kolam ikan yang ada di depan kursi
yang saya duduki. Pikiranku pun menerawang jauh, berenang
bebas sperti ikan-ikan yang berenang liar di dasar kolam. Dan tanpa saya sadari
dengan sendirinya slide-slide kenangan yang saya alami selama dua tahun ini bermunculan
memenuhi sudut-sudut ingatanku.
Dua tahun pada dasarnya bukan waktu yang singkat, namun sering kali
waktu tak selamanya mengatakan kata sepakat. Kadang terasa lambat dan kadang
terasa begitu cepat. Dua tahun lalu saya pernah berada di tempat ini, lalu satu
pekan yang lalu saya masih bisa merasakan berdiri bebas di negeri nun jauh di
sana, dan hari ini saya tidak dapat menolak kenyataan bahwa saya telah kembali
menginjakkan kaki di tempat ini, di kota ini. Ah, betapa waktu tampak bisa
mengubah segalanya..
Bersambung..
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^