Wednesday, July 3, 2013

Kota Kenangan; Dua Tahun Lalu.. (2-3)

Tulisan ini merupakan sambungan dari : "Kota Kenangan; Berlabuh (1-3)"

“Bonbin! Bonbin Pak..! Mas...!“, Dari arah pintu bagian belakang terdengar suara kondektur meneriakkan halte terdekat yang akan segera dilalui oleh Bus Kota yang saya tumpangi. Saya pun segera bangkit dari tempat duduk untuk bersiap turun dan mempersilahkan seorang bapak yang sejak beberapa waktu lalu berdiri di sampingku untuk menggantikan tempat duduk yang tadinya saya duduki. 

Bus memelan, dan saya pun segera melompat turun tepat ketika bus berhenti di kawasan Kebun Binatang Surabaya (KBS), di bawah sebuah jembatan layang yang menghubungkan kedua sisi jalan. Tujuan pertama saya hari ini adalah mengunjungi toko buku yang berada tidak jauh dari lokasi KBS, Toko Buku Toga Mas (TM). Selepas turun dari bus kota tadi saya langsung mengecek lagi pesan di inbox FB yang saya dapatkan ketika saya berada di dalam bus tadi. 

Dia :  Km ada dmn skrg?
Dia : kamu lagi di Togamas ta? Aku titip buku poóo
Saya : Iya, buku apa?
Dia : the silences of the lambs, ya
Dia : Punyaknya Thomas harris
Dia : Harganya 46 ribuan brp gitu
Saya : ok!
Dia : Ntar tak ganti uangnya pas ketemu. Okeh

Sambil mencerna pesan dari “orang” antah berantah itu, dengan langkah gontai saya menaiki jembatan layang guna sampai di sebrang jalan, atau tepatnya di samping lokasi objek wisata kebun binatang yang belakangan saya ketahui sedang mengalami konflik internal itu. Ruas jalan Diponegoro yang memanjang ke arah utara tampak terlihat indah dari atas jembatan, berbagai kendaraan lalu lalang bak air mengalir tanpa henti. Saya pun sempat berhenti sejenak untuk mengamati dan mengabadikan moment ini.


Saat melintasi lokasi objek wisata macam-macam binatang itu saya sempat melihat para pengunjung tampak berjubel memenuhi loket yang tersedia di depan pintu masuk. Mungkin karena hari ini adalah hari Minggu, sehingga begitu banyak keluarga yang memanfaatkan hari libur ini untuk bercengkrama bersama sanak family sambil menikmati berbagai macam binatang yang ada di areal objek wisata ini.

Saya terus berjalan ke utara menyusuri trotoar sepanjang jalan Diponegoro. Setelah kira-kira sepuluh sampai lima belas menit berjalan akhirnya saya sampai juga di depan Toko Buku Toga Mas. Dan setelah menitipkan Ransel dan Switer di tempat penitipan yang berada di samping pintu masuk, saya langsung menuju bagian dalam bangunan bergaya minimalis dan berarsitektur klasik itu. 

Tidak banyak berubah, dua tahun lalu di tempat ini saya pernah singgah. Memilih dan memilah buku-buku yang tertata rapi di rak-rak yang menempel pada tiap dinding ruangan. Sesampai di bagian dalam saya langsung menuju komputer yang berfungsi sebagai daftar katalog buku-buku yang tersedia di Toko Buku ini. “The Silences Of The Lambs”, saya mengetikkan judul buku pesanan sahabat saya tadi. Komputer menampakkan pesan otomatis yang menyatakan kalau stok buku tersebut masih tersedia, namun saya tidak tahu berada di rak yang mana. Mengingat begitu banyaknya judul buku yang tertata rapi di tiap ruangan ini.  

Setelah menunggu sekian detik, seorang karyawan yang membantu saya menyodorkan satu buah buku yang dikatakannya merupakan satu-satunya stok yang tersisa dari buku yang saya cari. Tampaknya buku itu memang benar-benar yang terakhir, hal itu terlihat dari kondisinya yang terlihat kucel dan sedikit berdebu, bahkan pada salah satu sudut sampulnya terlihat sebuah lipatan yang membentuk garis miring. Tapi ala kulli hal tampaknya masih cukup layak untuk dibaca.

Saya pun segera menghubungi teman “antah berantah” yang beberapa waktu lalu memesan buku itu, untuk menjelaskan kondisi buku stok terakhir yang baru saya dapatkan. Syukurlah, dia tidak ada masalah walaupun kondisi buku tersebut kurang baik.  Yup! Akhirnya jadilah buku itu saya booking, sambil lalu saya kembali mengelilingi ruangan-demi ruangan, mencari buku yang sekiranya menarik perhatianku.

Setelah capek mengelilingin deretan rak yang penuh dengan tumpukan buku, akhirnya saya terdampar di salah satu ruang terbuka yang berada di bagian belakang, di atas sebuah kursi panjang yang memang di sediakan untuk pengunjung. Saya beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa pegal di kaki sambil menikmati gemericik kolam ikan yang ada di depan kursi yang saya duduki. Pikiranku pun menerawang jauh, berenang bebas sperti ikan-ikan yang berenang liar di dasar kolam. Dan tanpa saya sadari dengan sendirinya slide-slide kenangan yang saya alami selama dua tahun ini bermunculan memenuhi sudut-sudut ingatanku.

Dua tahun pada dasarnya bukan waktu yang singkat, namun sering kali waktu tak selamanya mengatakan kata sepakat. Kadang terasa lambat dan kadang terasa begitu cepat. Dua tahun lalu saya pernah berada di tempat ini, lalu satu pekan yang lalu saya masih bisa merasakan berdiri bebas di negeri nun jauh di sana, dan hari ini saya tidak dapat menolak kenyataan bahwa saya telah kembali menginjakkan kaki di tempat ini, di kota ini. Ah, betapa waktu tampak bisa mengubah segalanya..

Bersambung..

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^