Wednesday, March 30, 2016

Me, Campus, Dan Sebuaf Laptop

“Mana Laptopnya Mas Imam!?”, Seraya tersenyum seorang mahasiswi suatu ketika mengagetkan saya di sela-sela break kuliyah, saat saya tengah asik duduk di salah satu sudut Hall kampus sambil asik mengotak-atik Gadget melihat beberapa notifikasi SocMed. Sebut saja ia Hana (Bukan nama sebenarnya :P), mahasiswi berkaca mata minus semester 4 BSA, yang belum lama ini saya kenal, karena ia baru pulang dari program pertukaran pelajar di negeri jiran sana. Pada hari-hari selanjutnya pertanyaan yang sama selalu terlontar dari “mahluk” satu ini, tiap kali menemukan saya tengah asik sendirian di pojokan kampus. Dan sebaliknya saya selalu menjawabnya dengan : Bengong sejenak lalu tertawa entah untuk apa.. :D

Yah, saya selalu tertawa, karena saya tahu sebenarnya pertanyaan itu timbul karena ia selalu menemukan saya duduk menyendiri di pojokan kampus sambil mantengin netbook, seakan tak perduli dengan keadaan sekitar. Memang tak dapat dipungkiri seperti itulah “kegiatan” tak penting saya beberapa waktu ini saat senggang di jeda kuliyah, atau di jam-jam kosong saat tak ada kuliyah. Sebenarnya ini adalah kebiasaan lama dari “dunia” saya yang sebelumnya yang masih belum bisa saya hilangkan sepenuhnya.

Sunday, March 13, 2016

Jeda Waktu dan Sebuah Perjalanan

Di jeda ke sekian, saat hari-hari bertabur bulir hujan dan kenangan. Kembali hati terhempas pada arus perjalanan yang telah saya arungi dalam kurun waktu yang terus berjalan, hingga waktu juga menghantarkan saya pada jeda kesekian ini, pada kenyataan bahwa saya masih berjalan di belakang dan mengejar waktu yang terus melaju kencang. Di saat orang-orang semasaku telah mencapai titik puncak penghabisan, saya masih tertatih di belakang menyusuri lembah kelam menuju terang.

Yah, itulah sebuah proses dan pengalaman yang bagi saya begitu mahal harganya. Perjalanan panjang yang saya lalui hingga mencapai titik ini setidaknya masih saya anggap sebagai proses Tuhan untuk menjadikan saya lebih kuat lagi dalam menghadapi tekanan yang mungkin lebih berat lagi di/ke depannya nanti. Lalu lagi, lagi, dan lagi. Siapa lagi yang dapat menjamin, selain sebuah usaha dan tawakal.

Dan hari ini, secangkir kopi, buku, dan Hujan yang mendera, begitu setia menemani jeda waktu kesekian..


Kapas, 13 Maret 2016 M. 

Rindu Dan Hujan

Rindu itu seperti hujan, tak pernah dapat menerka kapan ia tiba dan tak pernah dapat menduga kapan ia akan mereda. Hanya hadirmu, jeda yang bisa membuat hujan dan rindu ini mereda.


(Semaki Kulon, 13 Maret 2016). Siang, Saat hujan tiba datang mendera..