Friday, March 1, 2013

8 Le.

Sebuah siang yang cukup nyaman karena matahari bersinar tidak terlalu terik. (Jumát, 01/03/2013). Selesai shalat jumát saya tidak langsung pulang ke Flat, tapi saya langsung menuju mesin ATM terdekat yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku. Rencananya saya akan mengambil uang dan berbelanja kebutuhan dapur sepulang dari Mesin ATM nanti. Oia, sejak semalam saya sendirian di Flat. Satu-satunya kawan serumahku tampaknya menginap di Districk 10, di kawasan Nasr City sana, dan belum pulang hingga siang ini. 

Dalam perjalanan, saya sudah merencanakan akan membeli ini dan itu untuk kebutuhan dapur. Namun sayang setelah saya sampai di tempat ATM saya tidak dapat melakukan transaksi penarikan. Saya sempat berulang kali memasukkan kartu ATM Bank saya, namun tidak kunjung berhasil juga, dan berulang kali muncul sebuah tulisan yang kira-kira bunyinya begini, “Maaf untuk saat ini kami tidak dapat melayani transaksi anda”.

Alhasil, jadilah saya pulang ke flat dengan tangan hampa. Padahal sebelumnya saya sudah membayangkan akan makan enak hari ini. Huh! Dalam perjalanan pulang sempat kurogoh sisa uang yang saya bawa di saku celana. Ada dua buah uang logam Mesir dalam genggaman tanganku, semuanya  berjumlah Istnein Gineih atau 2 Le. Ini merupakan kekayaan terakhir yang saya miliki saat ini, sisa ongkos perjalanan dari Helwan semalam.  

Saya kembali ke flat dengan 2 buah uang logam tadi, sementara cacing-cacing dalam perut sudah terasa mulai merengek-rengek tak karuan karena dari pagi belum mendapatkan jatah sarapan. Sialnya, di dapur kami sudah tidak ada lagi bahan yang bisa dimasak, sebelum berangkat shalat jumát tadi sempat saya lihat, di sana hanya tersisa kubis lapuk yang kami beli 3 hari lalu. Ah, benar-benar Sial!
Sesampai di flat saya langsung mengobrak-abrik seisi kamarku dengan tujuan mencari sisa-sisa uang yang mungkin terselip atau jatuh di pojokan kamar. Hampir semua celah di dalam kamarku saya sisiri, mulai dari celana dan baju-baju kotor yang belum sempat saya cuci di pojokan kamar, bawah kasur, dan kantong-kantong kecil dari tas ransel yang saya miliki. Dan, Thanks God! Benar saja dari dua buah tas butut yang biasa saya bawa jalan akhirnya saya menemukan 3 buah uang logam yang terselip, 2 Le dan 50 Piesters. Alhamdulillah, kini kekayaanku sudah bertambah menjadi 4 le, dan 50 Piesters. Kiranya cukup lah untuk beli roti di luar buat pengganjal perut.
Saya pun berencana ke pasar yang berada tidak jauh dari flat tempat tinggalku, ketika akan keluar dan membuka pintu tanpa sengaja saya melihat satu buah uang logam di atas karpet, terselip di bawah serakan kertas di ruang depan flat kami.  Kembali kuedarkan pandanganku pada setiap pojok ruangan, kucoba sibak setiap kertas yang berserakan. Wow, dari bawah serakan kertas tak jelas ini kembali saya menemukan 3 le dan 50 Piester lagi. Entah milik siapa uang itu, saya sudah tidak ambil pusing lagi dengan hal itu, yang jelas itu pasti uang kawan serumahku, biar saya bilang sepulang ia dari luar nanti.  

So, dengan 3,5 Le terakhir tadi akhirnya kekayaan saya saai ini bertambah menjadi 8 Le. Berbekal 8 Le ini akhirnya saya berangkat ke pasar dan berbelanja 1 kilo beras dan 6 butir telur. Semuanya menghabiskan 7 Le. So, masih tersisa 1 Le lagi, dan itu merupakan kekayaan terakhirku saat ini. Oh my gosh! Akhirnya hari ini saya terselamatkan dari bencana keaparan, ha..hay..! 

Saya terus-menerus tersenyum seorang diri mengingat kejadian seharian ini. Tersenyum getir, menertawakan kekonyolan diri yang hingga saat ini masih belum sepenuhnya mandiri, masih belum sepenuhnya bisa lepas dari pasokan finansial keluarga. Saya teringat kedua orang tua saya, betapa susahnya mereka mencari rizki. Dan, sekarang rasa itu sudah mulai semakin mengakar. Rasa malu untuk terus meminta-minta pada kedua orang tua. Aaaaaaaggg....! 

Ah, sudahlah! Saya tidak ingin berlama-lama tenggelam dalam pikiran yang cukup menyesakkan ini. Saya ingin berdoa hari ini, semoga keluarga saya selalu diluaskan rizkinya, dan semoga kelak saya dapat membalas semua yang telah mereka lakukan untuk saya. Amien. Dan, akhirnya saya akan menutup postingan saya kali ini dengan kata-kata, “Everything Is Money“, Segala sesuatu saat ini memang selalu dihitung dengan uang, tapi perlu diingat bahwa uang bukan masih tetap bukan segalanya. 

Katameya, 1 Maret 2013 M.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^