Friday, December 10, 2010

Dear Nadia; Berbach

Dearest, nadia..

Bagaimana keadaanmu Nana? Aku dengar kemarin kau sakit ya? Ah, pasti sakit gigimu kambuh lagi, makanya jangan suka makan coklat, Masih untung sakit gigi, coba kalau sakit hati, gak tahu dech harus bilang apa karena sulit banget cari obatnya Nan. Kan katanya lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati he..:D. yach, ala kulli hal sakit apa pun dirimu semoga cepat diberi kesembuhan ya..

Nana..

Sekarang aku sudah tidak seperti preman pasar kembang lagi, rambut gondrongku sudah kupotong pendek Nana. Bukankah kau bilang aku lebih cocok dengan rambut pendek?. Tahu gak Nana, teman-temanku pada pangling semua ketika melihat penampilan baruku. Berbagai reaksi pun berdatangan. Ada yang ketawa karena menurut mereka setelah potong rambut aku terlihat jadi culun, ada juga yang bilang aku terlihat lebih dewasa Nana, trus sebagian lagi ada yang menyayangkan karena rambutku yang sudah mencapai punggung akhirnya aku potong. Ini adalah pengalaman pertama bagiku memelihara rambut Nana. Di negeri orang lagi, selama di negeri sendiri aja aku belum pernah manjangin rambut. Entah apa reaksi Umiku kalau tahu selama ini aku berambut panjang Nana.



Selama berambut panjang, banyak pengalaman-pengalaman aneh yang sering kualami di negeri ini Nana. Ketika pergi berbelanja ke pasar, atau jalan-jalan di pinggiran kota, sering kali aku jadi pusat perhatian Nana. Orang-orang disamping kiri kananku sering kudengar berbisik-bisik membicarakanku. Risih juga sich Nana, tapi aku sich cuek aja. Mungkin aku dikira orang tidak normal kali. Kadang aku suka senyum-senyum sendiri kalau mendengar desas desus mereka Nana, maklum lah di negeri ini lelaki dengan rambut gondrong sepertiku memang pemandangan yang super minim.

Suatu ketika ada kejadian lucu Nana, di sebuah jalan tiba-tiba aku di cegat oleh gerombolan anak-anak, mereka mencegatku seraya menangkupkan kedua tangannya lalu membungkuk dengan diikuti kata-kata “Ni Hao..?“, ha...:D aku hanya bisa ketawa melihat tinggkah laku anak-anak itu Nana, mungkin sangkanya aku berasal dari Cina, karena melihat rambut panjangku kukuncir kuda seperti pendekar-pendekar kungfu daratan cina.

Tidak jarang juga banyak yang bertanya bagaimana cara manjangin rambut Nana, kadang ada juga yang minta izin untuk sekedar memegang rambut panjangku. Yach, begitulah suka dukaku hidup dengan rambut panjang di negeri orang. Agak eman juga sich Nana, akhirnya aku harus memotongnya, tapi gak apa-apa lah, toh nanti bisa kupanjangin lagi. Semua itu kulakukan cuma buat pengalaman aja Nana. Karena sebuah pengalaman itu sangat mahal harganya. So now, good bye dech rambut panjang..

Nana..

Sejak menjadi pengurus PPMI, sering kali aku harus bolak balik antara flat tempat tinggalku yang berada di kawan Hay Asyir, dan kantor PPMI yang berada di kawasan Rabáh el-Adaweya. Kadang beberapa hari aku harus menginap di kantor guna menangani keuangan Nana. Sebenarnya sebagai pengurus memang seharusnya aku pindah dan tinggal di sana Nana, tapi karena satu dan lain hal, aku lebih memilih untuk tidak pindah dan tetap tinggal di rumah lamaku.

Sebenarnya jarak antara bilangan Rabáh el-Adaweya dan Hay Asyir tidak begitu jauh Nana, Mungkin cukup ditempuh 20 hingga 30 menit perjalanan. Tapi kadang jalanan macet Nana, dan itu bisa menghambat perjalanan hingga satu jam-an. lama-lama cukup membosankan juga Nana harus bolak balik terus. Rasa malas pun kerap kali menghinggapi perasaanku, karena sering kali dalam perjalanan aku harus berdesak-desakan dengan para penumpang yang berjejalan di dalam bus. Berbaur dengan bau keringan yang menyengat di tengah kerumunan penumpang. Ditambah lagi sopir bus yang sering ugal-ugalan.

Jangan heran Nana, lalu lintas disini memang super kacau. Bayangkan saja jalan simpang tiga atau empat banyak yang tidak memakai rambu-rambu lalu lintas. Pertigaan atau perempatan biasanya hanya dijaga ole satu atau dua orang polisi satlantas. Dan mereka pun tampaknya sering kewalahan karena padatnya kendaran di mesir. Tidak jarang aku melihat benturan-benturan kecil terjadi di jalanan. Hingga rasa-rasanya sulit ditemukan mobil-mobil mewah semisal Mercedes atau BMW di negeri ini yang tidak memiliki bekas gores di kedua sisinya. Hampir semua mobil mewah yang kujumpai pasti penuh dengan goresan bekas serempetan mobil Nana.

Yach, begitulah keadaannya Nana. Tidak jarang kutemukan serempetan mobil di jalanan yang berujung pada perang mulut berkepanjangan antara pemilik mobil. Dan tentu saja hal seperti ini berimbas juga pada keselamatan kita. Beberapa waktu lalu sempat terjadi kecelakaan Nana, salah seorang mahasiswi indonesia tertabrak sebuah mobil yang dikendarai oleh orang mesir (07/11/10). Keadaannya sempat menghawatirkan Nana, karena sempat dalam kondusi sangat kritis. Padahal kabarnya mahasiswi itu keesokan harinya akan pulang ke Indonesia karena sudah menyelesaikan kuliyahnya. Kasihan banget kan Nana, sungguh gak kebayang dech. Yach, begitulah rotasi kehidupan Nana, untung dan sial dimanapun tak dapat diterka. Kita hanya bisa berusaha, selebihnya tentu saja yang maha kuasa yang menentukan. “Selalu doakan aku ya Nana..“.

Nana, udah dulu ya, di mana pun kakiku berpijak, kemanapun kakiku melangkah, aku ingin selalu menceritakannya padamu Nana. So, kalau ada kesempatan aku pasti menulis surat buatmu lagi. Never say Good Bye, but Good Luck Ok!, See you Nana..

Salam rindu dari Bumi Kinanah

District 10, 12-11-2010


No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^