Saturday, August 17, 2013

Ijen Expedition

(17/08/2013). Sedari pagi lelaki bertubuh gempal itu sudah sibuk dengan telepon selulernya, memilih dan memilah nomer contact yang ada di deretan contact BB-nya, lalu beberapa kali melakukan panggilan. Cindil, sebuah nama yang sejak semalam ia perkenalkan kepada saya. Dan, sejak semalam pula, saya, Cepi, dan Juail sampai di kota Jember dan menginap di rumah Cindil yang tak lain adalah kawan Cepi semasa kuliyah dulu. Yah, kami ada di kota Jember sekarang dan Kami tidur cukup nyenyak semalam, setelah sebelumnya 6 jam terlunta-lunta dalam perjalanan panjang dari kota malang.

Cindil masih terus melakukan panggilan ke beberpa kawan sejawatnya untuk meminjam motor yang nantinya akan kami gunakan untuk berangkat ke Gunung Ijen. Yup! hari ini rencananya kami akan melakukan ekspedisi ke Gunung Ijen, sebuah gunung yang berada di Banyuangi sana. Sebenarnya sudah ada dua motor yang tersedia, tapi karena kami berlima; (saya, cepi, cindil, juail, dan rivo) otomatis kurang satu motor karena tidak mungkin 3 orang di antara kami menaiki satu motor.

Namun saya melihat hingga hari beranjak siang usaha Cindil tampaknya nihil, motor beberapa kawannya yang ia hubungi sedang dipakai semua. Padahal rencananya kami akan bertolak ke Kawah Ijen sekitar jam 11 siang. Namun hingga jam 10an usaha untuk meminjam motor masih belum juga menuai hasil.

Tapi cindil tak menyerah begitu saja, ia masih terus berusaha menghubungi kawan-kawannya yang lain, hingga akhirnya ada titik terang dari seorang kawannya yang bersedia meminjamkan motornya. Cindil dan Cepi pun keluar meninggalkan saya, juail, dan rivo, serta rumah mungilnya untuk mengambil motor tersebut. Kami di rumah menanti dengan harap-harap cemas hingga akhirnya sekitar jam 1an mereka kembali. Dan, entah karena apa, lagi-lagi mereka kebali dengan tangan hampa. Sementara waktu sudah semakin mepet.

“Yo wes, cinglu ae wes!“, Ujar cepi.

“Apa itu cinglu, Pi?”, dengan lugunya saya bertanya pada Cepi, mengingat bahasa jawaku yang super minim.

“Bonceng tellu!”, Saya pun melongo!

Yah, karena melihat waktu yang sudah semakin menipis, akhirnya kami sepakat dan nekat untuk berangkat dengan dua motor yang sudah ada, dan tentu saja harus merelakan salah satu motor ditumpangi oleh tiga orang. Saya, rivo, dan cindil berdesakan di jok motor milik rivo. Sedang cepi dan pacarnya si Juail menggunakan motor matic milik Cindil.

Ada dua jalur yang memungkinkan kita untuk bisa sampai di kawasan Gunung Ijen. Bisa melalui Banyuangi atau Bondowoso. Tapi karena posisi kami saat ini berada di Jember, kami memilih jalur kedua, yang memungkinkan kita bisa sampai lebih cepat karena kota jember memang bersebelahan dengan kota bondowoso.

Sekitar jam 13:30 kami pun bertolak dari  Jember menuju Kota Bondowoso. Saya dan cindil terpaksa berdesakan di belakang Rivo yang saat itu mengambil kemudi motor. Perjalanan yang cukup melelahkan dan menggelikan. Ketika melewati pusat kota bondowoso Cindil yang duduk di belakangku beberapa kali harus rela turun dan berjalan kaki karena kami melintasi Pos Polisi. Beruntung saat melintasi jalanan kota bondowoso kami tidak berpapasan dengan polisi yang sedang berpatroli.

Selepas dari kota Bondowoso perjalanan selanjutnya adalah membelah hutan. Bondowoso-Wonosari-Tapen-Sempol-Paltuding, ini adalah rute yang akan kami lalui. Sepanjang perjalanan kami melintasi jalanan terjal dengan tikungan tajam. Sampai-sampai motor yang kami tumpangi bertiga sempat ngadat di sebuah tanjakan curam karena kelebihan beban. Namun perjalanan ini tetap mengasikkan dengan hadirnya berbagai macam panorama indah sepanjang perjalanan. Rindangnya hutan tropis, perkebunan kopi, berbagai bebunyian satwa liar, pemandangan gugusan gunung yang berlapis, serta tanjakan dan tikungan tajam yang kadang hampir membentuk huruf “S”, semuanya adalah pemandangan indah yang kami nikmati sepenjang perjalanan. Yang semuanya menggambarkan betapa kaya negeri tercinta ini.

Selama kurang lebih 3,5 jam motor yang kami tumpangi terus melaju membelah hutan lindung yang ada sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya jam 5:00 kami pun sampai di salah satu pintu masuk menuju Palduding, pemandangan di tempat ini sangat memukau, kami sempat turun untuk berehat sejenak di post ini, sekaligus jeprat-jepret mengarahkan kamera ke sana ke mari bertindak sebagai model dadakan untuk mengambil pose terindah yang dapat kami abadikan.
 
Me..
Juail & Cepi
Puas mengambil gambar, kami segera melanjutkan perjalanan, karena perjalanan tampaknya masih cukup jauh, masih sekitar 1,5 jaman lagi. Dan ketika hari semakin gelap, dan matahari sudah bersembunyi di balik pegunungan, jam 6:30 kami sampai di Pos kaki Gunung Ijen. Paltuding.

Dan dingin, menyabut kami dengan dekapannya yang paling erat!


Bersambung..

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^