Monday, June 30, 2014

Sinai Part II

Matahari sudah agak meninggi ketika saya dan kedua teman saya mulai bersiap turun dari puncak Jabal Musa. Cahaya Matahari menerpa permukaan kulit dengan hangat, udara sudah tidak terlalu dingin lagi. Satu persatu saya mulai menuruni anak tangga “Seven Elder Of Israel” yang terdiri dari bebatuan curam membentuk anak tangga menjorok ke bawah, para pengunjung lain pun sudah banyak yang menuruni anak tangga ini.

Di dasar tangga kami sempat beristirahat sejenak, menikmati bekal yang sejak semalam sudah kami persiapkan. Dan beberapa saat kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung Sinai. Kali ini kami mengambil jalur Step Of Repentance atau Shiket Sayyidina Musa, atau juga biasa dikenal dengan “Tangga Pengampunan”, yang konon terdiri dari 7500 anak tangga menuju kaki gunung Sinai.



Sebelum memasuki Tangga Pengampunan, terlebih dahulu kami melewati perkampungan Nabi Ilyas. Perkampungan ini berada di sebuah lembah yang diapit oleh bebatuan yang berupa tebing-tebing tinggi mengelilingi sekeliling bekas-bekas perkampungan. Masih tersisa bekas-bekas perumahan dari tana liat. Di tengah bekas perkampungan ini terdapat beberapa pohon yang tumbuh subur. Dan satu pohon mati, yang konon sudah berusia ribuaan tahun tumbuh di tempat ini.

Masih terlihat jelas sisa-sisa peradaban masa lalu di tengah gunung tandus ini. bekas-bekas aliran sungai, reruntuhan rumah, dan beberapa kuburan kuno yang tidak jelas siapa pemiliknya. Semuanya berada di sebuah lembah yang diapit oleh gunung tinggi di sekelilingnya. Gak kebayang bagaimana kehidupan pada masa lampau di tempat ini. Saya seakan tidak percaya kalau di lembah sempit yang dikelilingi bebatuan ini dulunya ada sebuah kehidupan. Benar-benar sebuah kekuasaan tuhan sejati. Nabi ilyas dan kaumnya bisa bertahan di lembah ini pada masanya.

Tak tak jauh dari perkampungan nabi ilyas tadi adalah siket sayyidina musa, atau step of repentance, disinilah letak tangga batu yang berjumlah 700an ke bawah.  Dengan perlahan saya dan kedua temanku mulai menuruni tangga-tangga batu yang sedikit curam. Gak kebayang gimana para Biarawan St. Cathrein dulunya membangun anak-anak tangga ini. Sepanjang anak tangga yang mengular ke bawah terdapat dua buah gerbang yang dikenal dengan Gate Of Law dan Gate Of Stephen.



Matahari sudah mulai semakin tinggi, jam kira-kira sudah menunjukkan pukul 09:00. Kaki-kaki kami sudah mulai lelah dan gempor, beberpa kali kami beristirahat dipinggiran tangga-tangga batu di sepanjang titian pengampunan. Bahkan betis kami pun sudah terasa mulai gemetaran. Sementara perjalan masih tinggal separuh perjalanan lagi. Perlahan kami terus menyeret kaki-kaki lelah kami. menuruni anak tangga penganmpunan memang sukup melelahkan karena tangga-tangganya cukup curam dan hampir seluruhnya tak ada jalur yang landai semuanya menurun dan meluncur ke bawah. Kami pun harus ekstra hati-hati takut tergelincir dan terperosok ke bawah. Pantas saja tidak banyak para pendaki yang naik melewati jalur ini.

Perjalanan menuruni anak tangga Step Of Repentance memang lebih cepat bila dibandingkan dengan lewat jalur Siket El-Bashait. Walau perjalanannya cukup melelahkan dan menguras tenaga, namun melewati jalur ini memiliki keistimewaan tersendiri, sebab kita bisa menikmati beberapa panorama indah peninggalan sejarah dan tempat-tempat istimewa lainnya. 

Setelah tertatih-tatih menuruni satu persatu tangga pengampunan, akhirnya kami pun sampai di akhir anak tangga yang berujung di sebuah komplek gereja tua St. Catrine, sebuah Biara tua yang konon memiki interaksi social langsung dengan Rosulullah SAW semasa beliau masih hidup. Tercatat dalam sejarah Rosulullah pernah menulis sebuah surat untuk biara ini yang berisi jaminan perlindungan dan hak-hak lain bagi para biarawan di Gereja St. Catrine.

Berikut transkrip surat rosulullah kepada Biara St. Catrine :

"Ini adalah pesan dari Muhammad ibn Abdullah, sebagai suatu perjanjian bagi mereka yang menganut Kekristenan, jauh dan dekat, kami beserta mereka.Sesungguhnya aku, para hamba, para pembantu dan para pengikutku membela mereka, karena orang Kristen adalah wargaku; dan demi Allah! aku menahan diri untuk melakukan apapun yang menentang mereka.Tidak ada paksaan boleh dilakukan untuk mereka.Juga tidak boleh hakim-hakim mereka disingkirkan dari pekerjaannya, maupun para biarawan mereka dari biara-biaranya.Tidak ada orang yang boleh menghancurkan rumah agama mereka, atau merusakkannya, atau mengambil sesuatupun daripadanya ke dalam rumah-rumah orang Muslim.Bilamana ada orang yang melakukan hal ini, ia menyalahi perjanjian Allah dan tidak mematuhi Nabi-Nya.Sesungguhnya, mereka adalah sekutuku dan memiliki perjanjian erat dariku melawan semua yang mereka benci.Tidak ada orang yang boleh memaksa mereka untuk pergi atau mengharuskan mereka untuk berperang.Orang-orang Muslim harus berperang untuk mereka.Jika seorang wanita Kristen menikah dengan seorang Muslim, tidak boleh dilakukan tanpa seizin wanita itu. Wanita itu tidak boleh dihalangi untuk mengunjungi gerejanya untuk berdoa.Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dihalangi untuk memperbaikinya atau kekudusan perjanjian-perjanjian mereka.Tidak ada bangsa (Muslim) yang boleh melanggar perjanjian ini sampai Akhir Zaman." (Wikipedia)


Cairo, akhir Juni 2014 M. 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^