Pagi ini saya bangun seperti biasa, kira-kira
jam 6 pagi Waktu Cairo. Jam 6 pagi di Cairo
pada musim dingin masih terlihat buta. Masih ada waktu sekitar setengah jam
untuk melaksanakan shalat subuh, karena pada musim dingin waktu syuruk
bisa mencapai 06 : 30. Yup! Pada musim dingin seperti ini
malam-malam di Cairo memang menjadi malam yang sangat panjang, sebaliknya siang
begitu singkat, berlalu begitu cepat seperti cepatnya kilat.
Pagi yang masih sangat "perawan", saat saya mencoba
berdamai dengan dingin melalui secangkir kopi susu panas yang baru saja saya
seduh. Yah, pagi ini dingin semakin menjadi di seantero Cairo, khususnya daerah
tempat tinggalku, Katameya. Cuaca menurun drastis berkisar antara 9-7 Derajad Celcius.
Mulut tidak berhenti mengeluarkan kepulan uap mengiringi desah nafas. “Sudah serasa
di Eropa saja“, Pikirku. Hanya saja sayangnya tidak sampai turun salju.
Kalau dibandingin,
musin dingin tahun ini memang berbeda dengan musim dingin tahun lalu. Bedanya
sudah dapat dipastikan, winter kali ini “amat sangat-sangat dwingin
sekali“. Lihat saja, kopi susu yang kuseduh kira-kira tiga menit yang lalu
dengan air panas mengepul , tiaba-tiba saja kini sudah berubah menjadi hangat.
Pagi merambat begitu pelan, untuk mencegah
diriku tidur pagi akhirnya saya menyibukkan diri dengan berselancar di Dunia Maya
mencari bahan untuk sebuah “Tulisan“ yang sudah dua hari ini saya garap. Bosan
dengan dunia maya akhirnya saya pindah mengubek-ubek folder yang berada
di Hardisk Nebook-ku. Mencari folder tempat koleksi film-film-ku. Aku baru
ingat kalau semalam saya sempat meng-copy film dari Hardisk External milik temanku.
Taare Zameen Par (Every Child Is Special) judul film
itu. Film produksi Bolliwood yang beberapa
waktu lalu direkomendasikan oleh seorang teman untuk saya tonton. Sebenarnya
film ini adalah film lama, sudah dirilist tahun 2007 lalu. Lebih dulu dari film 3 IDIOT yang sempat booming pada tahun 2009
silam. Namun antara Taare Zameen Par dan 3 IDIOT menurut saya memiliki satu
topik yang sama, yaitu tentang pendidikan.
Disleksia (dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis
Adalah Ishaan Nandkishore Awasthi (Darsheel Safary) seorang anak berusia 8 tahun yang memiliki kekurangan
dalam hal kemampuan belajar. Ia selalu gagal dalam semua tes dan tidak naik
kelas selama dua tahun beturut-turut. Semua pelajaran menjadi sulit baginya. Sampai
umur segitu ia pun masih belum lancar membaca dan menulis. Semua itu
dikarenakan, tanpa disadarinya dan tanpa disadari oleh siapa pun ternyata ia
mengidap penyakit Disleksia. Mungkin sebelumnya
perlu saya catat bahwa; Disleksia (dyslexia) adalah sebuah kondisi
ketidakmampuan belajar
pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam
melakukan aktivitas membaca dan menulis
Karena kekurangannya ini akhirnya Ishaan
melampiaskan kekesalannya dengan menjadi pribadi yang memberontak. Sering kali
ia bergaduh dengan teman sebayanya, melawan pada guru, dan bolos sekolah. Hingga
akhirnya begitu banyak komplain berdatangan dari tetangga dan pihak sekolah kalau
Ishaan selalu membuat onar di sekolah. Kedua orang tuanya pun marah dan
memutuskan untuk memasukkan Ishaan ke sekolah asrama di luar kota tempat
tinggal keluarganya.
Namun disamping itu semua, pada dasarnya Ishan
adalah pribadi creative, banyak imajinasi-imajinasi liar yang berkecamuk di
benaknya, namun ia tidak mampu menuangkannya dengan cara lain selain
melukiskannya ke atas buku gambar miliknya. Inilah sebenarnya bakat terpendam Ishaan
yang tidak disadari orang di sekelilingnya yang pada nantinya akan merubah
hidupnya.
Ishan sebenarnya tidak mau dikirim ke sekolah
asrama. Dengan dikirimkannya ia ke sekolah itu, ia merasa telah dibuang oleh
keluarganya, maka dari itu di sekolah asrama ini pun tabiat Ishaan tidak banyak
berubah. Dia begitu lamban dalam menangkap pelajaran dan sering kali mendapat
hukuman berlebihan dari guru-guru dari guru-gurunya. Suatu ketika ia berubah, namun disayangkan ia berubah
bukan ke arah yang positif. Dia menjadi pendiam, jarang berbicara, dan menutup
diri. Dan selama itu masih belum ada yang mengerti kalau Ishaan mengidap
penyakit Disleksia.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan Ram Shankar
Nikumbh, (yang diperankan oleh Aamir Khan) guru pengganti yang sementara
menggantikan guru kesenian yang berhalangan masuk. Nikumbh iba melihat keadaan Ishaan.
Ia melihat Ishaan seolah-olah adalah pantulan dari dirinya sendiri, karena pada
masa lalunya Nikumbh juga pernah mengalami Disleksia seperti halnya Ishaan. Oleh
karena itu nikumbh mengerti benar problem dan kesulitan yang dihadapi Ishaan. Singkat
cerita Nikumbh pun akhirnya dengan sabar membimbing Ishaan. Ia mengajari Ishaan
membaca, menulis dan berhitung. Hingga akhirnya Ishan bangkit dan menjadi
pemenang dalam lomba melukis yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.
”Ada seperti permata di antara kita, yang dapat mengubah perjalanan dunia, karena mereka melihat dunia dengan cara yang berbeda. Pemikirannya unik dan tidak setiap orang dapat mengerti mereka. Mereka menentang. Namun mereka muncul sebagai pemenang dan dunia mengaguminya“.
mulai dari awal
higga akhir cerita, secara keseluruhan film ini bagus. Baik dari segi alur, penganbilan
gambar dan setting tempatnya. Beberapa adegan sempat membuat mata saya berkaca-kaca.
Namun sepertinya ada sedikit catatan, yaitu ceritanya sedikit bertele-tele. Mulai
dari awal hingga hampir selesai film ini bagi saya terlalu banyak mengedepankan
kehidupan ishaan, hingga penonton pun pada awal-awal akan dibuat jenuh karena
terlalu lama menanti sebuah solusi buat permasalahan yang dihadapi Ishaan.
Pesan yang ingin
disampaikan oleh film ini cukup mendalam, yaitu bahwa dibalik keterbelakangan
seorang anak pasti di situ ada satu buah permata berharga yang tidak pernah
kita sadari. Seperti yang disampaikan Nikumbh di hadapanan anak-anak didiknya,”Ada
seperti permata di antara kita, yang dapat mengubah perjalanan dunia, karena
mereka melihat dunia dengan cara yang berbeda. Pemikirannya unik
dan tidak setiap orang dapat mengerti mereka. Mereka menentang. Namun mereka
muncul sebagai pemenang dan dunia mengaguminya“.
Masakin, 10 Januari 2013 M.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^