Tulisan ini merupakan sambungan dari : "Kota Kenangan; Berlabuh" dan "Kota Kenangan; Dua Tahun Lalu.."
Panas kembali menjalari sekujur tubuh sejak saya keluar dari Toko
Buku Togamas sepuluh menit yang lalu, di luar rupanya matahari bersinar cukup
terik dan sudah sedikit condong ke arah barat. Dengan menaiki jembatan layang
yang sama saya kembali ke sebrang KBS tempat semula saya turun dari bus pagi
tadi. Di bawah jembatan ternyata sudah ada sebuah angkot kosong yang sepertinya
sedang menunggu penumpang.
“Kemana, Mas?“, Sapa sang sopir ketika baru saja saya sampai di
anak tangga terakhir jembatan layang.
“Royal, Pak!“, Jawabku dengan sedikit mengankat suara.
“Silahkan naik, Mas“, Bapak supir berperawakan ramah itu
mempersilahkan saya duduk di depan, disamping bapak supir yang sedang bekerja.
Selepas saya naik angkot dengan saya yang berperan sebagai penumpang semata
wayang tersebut, sang sopir langsung menyalakan mesin dan meluncur ke arah
selatan melintasi kawasan Terminal Joyoboyo dan DTC, dua tempat yang cukup
banyak menyimpan kenangan dalam perjalanan hidup saya. Lagi-lagi memori saya
terhempas pada empat tahun-an yang lalu. saat awal-awal saya mulai sedikit mengenal desah
nafas dan hiruk pikuk di kota ini. Ah, tapi kini semuanya hanya tinggal
kenangan, tidak lebih.
Angkot berjalan pelan menyusuri jalanan yang terbilang cukup padat
saat ini, saya tahu bapak supir itu sengaja memperlambat laju kendaraan yang ia
kendarai ini berharap ada penumpang lain yang dapat ia tarik agar menaiki
angkotnya. Saya tidak terlalu ambil pusing karena saya juga tidak terlalu
terburu-buru untuk sampai di Royal Plaza. Malah saya lebih asyik menikmati perjalanan
ini dengan cara saya sendiri. Mengamati sesaknya jalanan sambil sedikit-sedikit
membuka memori lama yang mengendap di dasar ingatan saya.
Jarak antara KBS dan Royal Plaza sebenarnya
tidak terlalu jauh, kira-kira lima belas menit kemudian saya sudah turun dari
angkot dan sampai di depan gedung megah empat lantai yang menjadi salah satu
pusat perbelanjaan kebanggaan kota ini. Dari tempat saya turun saya masih harus
menyebrang ke sisi jalan sebelahnya untuk sampai ke depan pusat perbelanjaan
itu. Sialnya tidak ada jembatan penyebrangan di depan Mall ini, mana lagi lalu
lintas begitu padat. Dengan sangat hati-hati akhirnya saya memberanikan diri
memotong arus beberapa kendaraan yang seakan tiada henti itu.
Royal Plaza. Saya teringat dua tahun lalu,
ketika saya dan beberapa sahabat beberapa kali sempat ngadain kopdar di
tempat ini. Tanpa terasa sudah dua tahun saya meninggalkan Negeri ini, dan khususnya
kota ini. Tak pelak lagi sejak menginjakkan kaki di ujung pelabuhan tadi pagi, hingga
sampai di tempat ini otak saya tak berhenti memutar ulang memori-memori lama
yang pernah singgah dalam perjalanan saya sejak empat tahun lalu. slide-slide
memori bermunculan, membentuk urutan kenangan-kenangan masa silam. Tentang
hidup. Tentang sahabat. Dan tentunya, tentang cinta.
Kini terik matahari sudah menjalar ke
ubun-ubun. Saya segera memasuki pelataran Royal Plaza begitu selesai
menyebrangi jalan. Berbaur dengan ramainya pengunjung yang tampak menyemut di
lantai dasar dari pusat perbelanjaan itu. Selanjutnya saya menaiki salah satu
escalator untuk menuju lantai berikutnya. Waktu sudah melewati tengah hari.
Dhuhur sudah memasuki waktunya sejak satu jam-an yang lalu. Beruntung saya
sudah menunaikan Shalat Dhuhur di Toga Mas tadi, jadi saya tidak usah repot-repot
ke muhalla lagi, karena tentunya pada jam-jam seperti ini mushalla di Mall ini
akan penuh.
Kembali saya memasuki sebuah toko buku
begitu sampai di lantai 2. Gramedia, toko buku yang terkenal dengan harganya
yang menggila, karena rata-rata buku yang dijual disini cukup mahal dan tanpa
diskon. Apa lagi bagi pecinta buku amatiran seperti saya, yang keseringan
membeli buku hanya ketika ada sisa uang jajan dari Bonyok. Sebenarnya
saya memasuki toko buku ini hanya untuk menghabiskan waktu karena sebelumnya
saya mendapat kabar dari kawan yang ingin kopdar dengan saya kalau ia
kemungkinan agak lambat datangnya.
Berada di dalam Toko Buku bagi saya
memiliki keasyikan tersendiri. Saya suka sekali berlama-lama melihat deretan
buku yang berjejer dan tertata rapi di dinding dan rak-rak yang ada di Gramedia
ini. Selama satu jam saya berkeliling, kebanyakan hanya memandang, melihat, dan
memperhatikan buku-buku yang tertata rapi tersebut, hingga akhirnya betis saya terasa
gempor.
Saya sempat melihat beberapa pengunjung ada
yang duduk lesehan tanpa alas di salah satu sudut toko buku. Tanpa pikir
panjang saya pun segera mencari tempat teraman dan ternyaman yang mungkin bisa
saya tempati. Tepat di salah satu sudut, di balik salah satu rak yang berderet
tanpa basa-basi saya langsung duduk bersila sambil berpura-pura mencari buku di
rak yang tepat berada di hadapan saya.
Cukup lama saya mendekam di lantai yang
saya duduki. Ah, masa bodo, saya sudah tidak peduli lagi dengan keadaan
sekitar, termasuk dengan pengunjung yang mondar-mandir di belakangku. Mungkin hingga
satu jam lamanya saya mendekam di situ, membolak balik buku yang sama, hingga
akhirnya seorang security mendatangi saya dan berujar, “Maaf Mas, nyari
bukunya sambil berdiri aja ya..”. Dengan cengengesan saya segera berdiri dan
merapikan ransel yang saya bawa, berharap tidak ada pengunjung lain yang
melihat, dan tepat saat saya mulai berdiri dari arah kiri seorang “manusia
berjenis kelamin perempuaan” mengarahkan kamera ponselnya ke arah saya,
dan.. klik!
Setelah puas mengambil gambar, mahluk “jadi-jadian” bertubuh mungil
itu tersenyum (sok) manis ke arah saya. Tentu saja saya mengenal wajah tembem
itu. Ah, dialah kawan yang saya tunggu sejak dua jam-an yang lalu, akhirnya datang
dengan tiba-tiba di hadapanku. Masih
sempat-sempatnya ia mengambil gambarku yang saat itu masih sedikit salting
gara-gara tegoran security. (Ketahuilah kawan, di kemudian hari saya sempat
dikirimi hasil jepretannya, and you know what? Hasilnya itu benar-benar
menghancurkan reputasi “kegantengan” saya. :D). Selain penampilannya yang
tampak berbeda, ternyata dia tidak banyak berubah. Masih tetap “mungil” seperti
dua tahun lalu.
Tak lama kemudian kami keluar dari Gramedia,
dan di luar ternyata dia tidak datang sendiri, dia bersama orang lain yang
kebetulan sudah saya kenal dan kebetulan juga merupakan family saya.
selanjutnya kami menuju area Food Court yang berada di lantai 3, mencari tempat
yang nyaman untuk ngobrol. Sayangnya area Food Court hari ini tampak penuh
dengan pengunjung, kami sempat berputar-putar mencari tempat kosong namun hampir
semuanya terisi, hingga akhirnya kami terdampar di salah satu sudut yang cukup
lengang, walau tempatnya kurang begitu strategis tapi hingga sore menjelang kami
asik-asik saja ngobrol Sambil menikmati makanan yang sebelumnya sempat kami
pesan. [I]
Gerbang Madu, 05 Juli 2013 M.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^