“Tayaqqadu...! Tayaqqadu Ya Niyaam!“, Suara Muaállim bagian
peribadatan terdengar begitu nyaring dari pengeras suara yang berada di puncak
kubah Masjid, petanda bahwa sudah tiba waktunya para santri yang tengah
terlelap dalam alam bawah sadarnya, harus merelakan sebagian mimpi indahnya
terenggut begitu saja, termasuk saya yang sejak semalam menginap di Ranah
Djauhari ini. Tempat di mana dulunya selama 6 tahun saya pernah diasah, diasuh,
dan diasih.
Kebetulan saya menginap di kamar salah satu kawan yang kebetulan
berada di bagian kanan Masjid, jadi cukup jelas suara Muallim tadi
terdengar di telinga saya. Saya pun segera memicingkan mata, melihat jam
digital di Android yang saya letakkan tidak jauh dari tempat tidur, jam 03:05. Ah,
malam masih menyisakan senyap. Saya bangkit dari tempat pembaringan dan duduk
sejenak mengumpulkan “ruh“ yang semalam berkeliaran entah kemana.
Udara dini hari menelusup masuk ke dalam kamar dan menerpa permukaan kulitku, dingin. Sementara dari luar kamar tempat saya menginap sudah terdengar riuh para santri yang sudah tiba di masjid dari Rayon (Asrama) masing-masing. Dengan langkah sedikit sempoyongan saya pun bergegas ke kamar mandi yang ada di sebelah kamar tempat saya menginap. Sudah lama saya tidak bangun sepagi ini, terasa berat rasanya melangkahkan kaki ke kamar mandi walaupun sebenarnya jarak antara kamar mandi dan kamar tidur begitu dekat.
Selesai mengambil wudhu dan berganti pakaian saya segera menuju
bagian dalam masjid berbaur bersama para santri yang sebagian sedang
melaksankan shalat tahajud berjamaah. Di tangga bagian selatan saya sempat
melihat beberapa santri yang tengah duduk menelungkupkan wajah pada kedua
lututnya, sebagian yang lain terlihat terantuk-antuk menahan kantuk yanng belum
sepenuhnya hilang. Saya tersenyum melihat wajah-wajah lelah nan polos itu, mengingatkan
saya pada masa-masa dimana saya juga pernah menjadi seperti mereka di Pesantren
ini beberapa tahun silam.
Entah sudah berapa lama, barangkali 7 atau 8 tahun yang lalu
terakhir kali saya meninggalkan tempat ini. Berbagai macam kenangan telah
terpatri kuat di dalam benak ini. Selama enam tahun saya ditempa, menjalani
rutinitas pendidikan selama 24 jam yang cukup melelahkan, hingga suka dan duka
yang telah saya lewati membekas kuat hingga kini.
Ah, betapa waktu berlalu begitu cepat, dan tanpa terasa usia saya
sudah semakin tidak muda lagi. Ah!
Ranah Djauhari, 04 November 2013 M.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^