Matahari sudah agak meninggi ketika saya dan kedua teman saya mulai
bersiap turun dari puncak Jabal Musa. Cahaya Matahari menerpa permukaan
kulit dengan hangat, udara sudah tidak terlalu dingin lagi. Satu persatu saya mulai menuruni anak
tangga “Seven Elder Of Israel” yang terdiri dari bebatuan curam membentuk
anak tangga menjorok ke bawah, para pengunjung lain pun sudah banyak yang
menuruni anak tangga ini.
Di dasar tangga kami sempat beristirahat
sejenak, menikmati bekal yang sejak semalam sudah kami persiapkan. Dan beberapa
saat kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung Sinai.
Kali ini kami mengambil jalur Step Of Repentance atau Shiket
Sayyidina Musa, atau juga biasa dikenal dengan “Tangga
Pengampunan”, yang konon terdiri dari 7500 anak tangga menuju kaki gunung
Sinai.
Sebelum memasuki Tangga Pengampunan, terlebih
dahulu kami melewati perkampungan Nabi Ilyas. Perkampungan ini berada di sebuah
lembah yang diapit oleh bebatuan yang berupa tebing-tebing tinggi mengelilingi
sekeliling bekas-bekas perkampungan. Masih tersisa
bekas-bekas perumahan dari tana liat. Di tengah bekas perkampungan ini terdapat
beberapa pohon yang tumbuh subur. Dan satu pohon mati, yang konon sudah berusia
ribuaan tahun tumbuh di tempat ini.
Masih terlihat jelas sisa-sisa peradaban masa lalu di tengah gunung
tandus ini. bekas-bekas aliran sungai, reruntuhan rumah, dan beberapa kuburan
kuno yang tidak jelas siapa pemiliknya. Semuanya berada di sebuah lembah yang
diapit oleh gunung tinggi di sekelilingnya. Gak kebayang bagaimana kehidupan pada masa lampau di tempat ini. Saya
seakan tidak percaya kalau di lembah sempit yang dikelilingi bebatuan ini
dulunya ada sebuah kehidupan. Benar-benar sebuah kekuasaan tuhan sejati. Nabi
ilyas dan kaumnya bisa bertahan di lembah ini pada masanya.
Tak tak jauh dari perkampungan nabi ilyas
tadi adalah siket sayyidina musa, atau step of repentance, disinilah letak
tangga batu yang berjumlah 700an ke bawah.
Dengan perlahan saya dan kedua temanku mulai menuruni tangga-tangga batu
yang sedikit curam. Gak kebayang gimana para Biarawan St. Cathrein dulunya
membangun anak-anak tangga ini. Sepanjang anak tangga yang mengular ke bawah
terdapat dua buah gerbang yang dikenal dengan Gate Of Law dan Gate Of
Stephen.
Matahari sudah mulai semakin tinggi, jam
kira-kira sudah menunjukkan pukul 09:00. Kaki-kaki kami sudah mulai lelah dan gempor,
beberpa kali kami beristirahat dipinggiran tangga-tangga batu di sepanjang
titian pengampunan. Bahkan betis kami pun sudah terasa mulai gemetaran.
Sementara perjalan masih tinggal separuh perjalanan lagi. Perlahan kami terus menyeret
kaki-kaki lelah kami. menuruni anak tangga penganmpunan memang sukup melelahkan
karena tangga-tangganya cukup curam dan hampir seluruhnya tak ada jalur yang
landai semuanya menurun dan meluncur ke bawah. Kami pun harus ekstra hati-hati
takut tergelincir dan terperosok ke bawah. Pantas saja tidak banyak para pendaki
yang naik melewati jalur ini.
Perjalanan menuruni anak tangga Step Of
Repentance memang lebih cepat bila dibandingkan dengan lewat jalur Siket
El-Bashait. Walau perjalanannya cukup melelahkan dan menguras tenaga, namun
melewati jalur ini memiliki keistimewaan tersendiri, sebab kita bisa menikmati
beberapa panorama indah peninggalan sejarah dan tempat-tempat istimewa
lainnya.
Setelah tertatih-tatih menuruni satu
persatu tangga pengampunan, akhirnya kami pun sampai di akhir anak tangga yang
berujung di sebuah komplek gereja tua St. Catrine, sebuah Biara tua yang konon
memiki interaksi social langsung dengan Rosulullah SAW semasa beliau masih
hidup. Tercatat dalam sejarah Rosulullah pernah menulis sebuah surat untuk
biara ini yang berisi jaminan perlindungan dan hak-hak lain bagi para biarawan
di Gereja St. Catrine.
Berikut transkrip surat rosulullah kepada Biara
St. Catrine :
"Ini adalah pesan dari Muhammad ibn Abdullah, sebagai suatu perjanjian bagi mereka yang menganut Kekristenan, jauh dan dekat, kami beserta mereka.Sesungguhnya aku, para hamba, para pembantu dan para pengikutku membela mereka, karena orang Kristen adalah wargaku; dan demi Allah! aku menahan diri untuk melakukan apapun yang menentang mereka.Tidak ada paksaan boleh dilakukan untuk mereka.Juga tidak boleh hakim-hakim mereka disingkirkan dari pekerjaannya, maupun para biarawan mereka dari biara-biaranya.Tidak ada orang yang boleh menghancurkan rumah agama mereka, atau merusakkannya, atau mengambil sesuatupun daripadanya ke dalam rumah-rumah orang Muslim.Bilamana ada orang yang melakukan hal ini, ia menyalahi perjanjian Allah dan tidak mematuhi Nabi-Nya.Sesungguhnya, mereka adalah sekutuku dan memiliki perjanjian erat dariku melawan semua yang mereka benci.Tidak ada orang yang boleh memaksa mereka untuk pergi atau mengharuskan mereka untuk berperang.Orang-orang Muslim harus berperang untuk mereka.Jika seorang wanita Kristen menikah dengan seorang Muslim, tidak boleh dilakukan tanpa seizin wanita itu. Wanita itu tidak boleh dihalangi untuk mengunjungi gerejanya untuk berdoa.Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dihalangi untuk memperbaikinya atau kekudusan perjanjian-perjanjian mereka.Tidak ada bangsa (Muslim) yang boleh melanggar perjanjian ini sampai Akhir Zaman." (Wikipedia)
Cairo, akhir Juni 2014 M.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^