Ketika kita sudah berdiam lama di suatu tempat, hal yang paling
berat untuk dilakukan setelahnya adalah meninggalkannya. Begitulah waktu
mengajarkan pada saya, ketika tiba masanya saya benar-benar harus meninggalkan
negeri ini, negeri yang sudah saya anggap sebagai rumah kedua setelah negeri
kelahiranku sendiri. Waktu bergerak tanpa saya sadari, saya pun sudah tidak
berani berhitung dengan angka-angka matematika lagi, untuk mengkalkulasikan
sudah berapa banyak kiranya waktu yang telah saya habiskan di Negeri ini, sebab
detik demi detik yang telah saya jalani telah membuat jejak-jejak kenangan yang
membuat saya jauh lebih berat lagi untuk meninggalkannya.
Mungkin memang tidak banyak yang saya dapatkan selama perjalan
panjang yang telah saya habiskan di negeri ini. Tapi satu hal yang tidak akan
pernah saya lupakan, bahwa negeri ini dan Al-Azhar khususnya telah mengajarkan
pada saya satu hal yang tidak pernah diajarkan kampus manapun, satu hal itu
bernama, “P e n g a l a m a n”. Saya tidak pernah menyesal karena terpaksa
kembali dengan keadaan seperti ini. Saya tidak pernah menyesal telah
ditakdirkan untuk singgah dan menginjakkan kaki di tanah berpasir negeri ini.
justru saya sangat bersyukur telah menjadi salah satu manusia luar yang diperkenankan
singgah dan menginjakkan kaki di bumi para nabi ini. Saya yakin Tuhan-ku pun
tidak serta merta berbuat begitu saja telah menakdirkan saya singgah di Negeri
ini.
Terima kasih Allah, Terima kasih Mesir, Terima kasih Al-Azhar,
Terima kasih pada segala kenangan yang akan mengabadi di negeri ini. Terima
kasih pada tiap jengkal tanah negeri ini yang telah mengizinkan kakiku untuk
menjejak di atasnya. Terima kasih pada dinding-dingding peradaban yang biasa
menjadi tempat berkeluh kesah kala hati gundah. Terima kasih pada lorong-lorong
sempit yang biasa kuarungi, yang telah mengajarkan bagaimana indahnya sebuah
perjalanan. Terima kasih, terima kasih, da terima kasih.
Dulu waktu yang membawa saya ke negeri ini, dan kini waktu pula
yang membawa saya pada detik sekarang ini, detik dimana saya harus benar-benar
menentukan pilihan. Selama perjalanan ini, satu hal yang selalu saya tekankan
pada diri, bahwa setiap diri seseorang pasti memiliki perjalanan hidupnya
masing-masing, dan inilah perjalanan saya, perjalanan panjang yang memang harus saya lalui, sebuah nasib
yang barangkali memang sudah ditetapkan oleh pemilik “t u n g g a l” perjalanan itu sendiri. Dari awal saya
sepenuhnya sadar bahwa saya hanya “s i n
g g a h” sementara di negeri ini, karena
hidup sejatinya adalah sebuah perjalanan panjang, dan perjalanan ini akan terus
berlanjut hingga saya dapat menemukan muara dari semua pencarian selama ini.
Dan kini tiba saatnya bagi saya melanjutkan perjalanan, beranjak
dari perjalanan satu ke perjalanan lainnya. Harapan dan doa, selalu terpanjat dalam
tiap detik yang saya lewati. Semoga
dengan begitu panjangnya perjalanan, dan berlikunya waktu yang saya lalui ini, nantinya
saya tidak lupa jalan menuju p u l a n g.
Sampai Jumpa, Mesir
Sampai Jumpa, Al-Azhar
Sampai Jumpa, Ranah Kinanah
Mutsallas, 7-8 Agustus 2015 M.